Di negeri yang katanya berdiri di atas keadilan, palu hakim tak lagi berdentum karena kebenaran. Ia kini bergerak sesuai irama uang yang mengalir di bawah meja — dingin, sunyi, tapi mematikan.
Setiap pagi, berita korupsi menjadi sarapan yang basi tapi terus disajikan. Kata “korupsi” kini tak lagi menimbulkan murka, hanya helaan napas panjang dari rakyat yang mulai letih. Negeri ini seperti panggung sandiwara: para pelaku tertawa di balik topeng pengabdian, sementara hukum duduk di kursi penonton, terikat dan dibungkam.
Ada yang ditangkap karena skandal sepele — sebuah aib pribadi yang diperbesar — namun mereka yang mencuri berjuta-juta tetap melenggang dengan jas licin dan senyum meyakinkan. Prinsip keadilan yang dulu tegak kini layu, seperti bendera yang kehilangan warna karena terlalu lama dibiarkan di tiang yang kotor.
“Imparsialitas?” kata seorang tua di warung kopi. “Itu cuma kata indah di buku undang-undang. Di dunia nyata, siapa punya modal, dia bebas dari jeruji.”
Mereka menyebutnya mafia hukum. Sekelompok manusia yang memelihara buaya, dan buaya-buaya itu menjaga mereka dengan gigi tajam dan senyum penuh ancaman. Di antara jaring mereka, hukum dijadikan mainan — dimainkan seperti boneka wayang, sementara dalangnya duduk di kursi empuk, menyesap teh impor, menertawakan rakyat yang menuntut keadilan.
“Berhati-hatilah,” kata seseorang dari kejauhan. “Mereka bukan sekadar kaya, mereka berkuasa. Pengusaha dan penguasa bersekutu seperti dua sisi uang yang sama — kotor tapi bernilai.”
Dan di bawah semua itu, rakyat kecil tetap menjadi korban. Mereka yang tak punya koneksi, tak punya kuasa, hanya bisa berharap pada keadilan yang sudah lama buta — atau mungkin, sengaja menutup mata.
Namun di antara suara frustrasi, masih ada yang berbisik: “Hukum saja mafia hukum itu. Karena hukum, seharusnya tak mengenal siapa pun.”
Sayangnya, di negeri ini, hukum memang mengenal — hanya saja, ia mengenal yang kaya, bukan yang benar.
Lagu ini ditulis oleh I Gede Roby Supriyanto.
Navicula - Mafia Hukum (Lirik)
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Korupsi, korupsi, kata ini lagi
S'lalu menghantui neg'ri yang frustrasi
Korupsi, korupsi semakin menjadi
Apa pun terjadi di atas transaksi
Tertangkap bercinta dihukum penjara
Korupsi berjuta masih berkuasa
Prinsip imparsial tak berlaku lagi
Siapa punya modal takkan masuk bui
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mau lawan mereka, hati-hati saja
Karena mereka dijaga buaya
Buaya-buaya piaraan mafia
Mafia-mafia isinya pengusaha
Penguasaha-pengusaha kongsi dengan penguasa
Walau sudah kaya, masih kurang juga
Hukum direkayasa hanya buat yang kaya
Yang jadi korbannya (rakyat jelata)
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa
Mafia hukum, hukum saja
Kar'na hukum tak mengenal siapa (siapa)
Siapa (siapa)
0 komentar:
Post a Comment