Setiap hari rasanya tak karuan. Kopi manis yang biasanya jadi pelipur, kini terasa pahit menyesakkan. Mangut lele pun seolah kehilangan cita rasanya—entah kenapa, lidah ini cuma mampu mengecap getir yang sama. Mungkin beginilah rasanya hidup tanpa pegangan, tanpa seseorang yang bisa disebut “rumah.”
Dalam hati kecilku, masih terucap doa lirih, Cintaku, mbokyo aja nesu maneh. Aku tahu, tak semua yang kulakukan selalu benar di matamu. Kadang caraku mencintai terasa canggung, kadang juga terlalu sederhana untuk kamu yang indah. Tapi sungguh, tak ada niat sedikit pun untuk menyakitimu. Wajahmu yang lembut itu… eman rasanya kalau harus diliputi murka.
Sayang, maafkan aku—sejauh ini aku masih belajar memahami dunia dan hatimu sekaligus. Mungkin aku belum bisa memenuhi semua keinginanmu sekarang, tapi percayalah, akan ada hari di mana aku bisa mewujudkannya. Aku tak tahu bagaimana caranya, tapi aku akan berusaha, meski dengan cara paling sederhana yang kumiliki.
Cintaku takkan luntur, sayangku takkan goyah—meski keadaan sering terasa rapuh. Aku bukan yang sempurna, tapi aku akan tetap setia, tidak akan berpaling. Karena bagiku, kamu adalah satu-satunya yang membuat hari-hari tak karuan ini terasa berharga. Terima kasih, sudah tetap di sini, menemani aku, di setiap hari yang getir—dan tetap membuatnya manis dengan senyummu.
Lagu ini ditulis oleh Sadewok.
Sadewok - Sabar (Lirik)
Sabendino rasane rakaruan
ngombe kopi legi neng rasane pait tenan
Mangan mangut lele rasane kok podo tempe
opo koyo ngene rasane wong ora ndue
Cintaku mbokyo sampun le nesu-nesu
kabeh iso rasah kudu nganggo mecucu
emanen paras ayumu ndak bedo karo atimu
rungokno tembangan manisku
Duh sayang ngapuntene saestu
yen dereng saget nuruti opo karepmu
tapi ojo sumelang ono dino liyane bakal
tak upayake mbuh kepie corone
Tresnoku ora bakal luntur sayangku rabakal goyah senajan kahanane bubrah
aku bakal setia ora mungkin mendua matursuwun sampun ono ngancani neng sabendino
Sadewok - Sabar (Lirik Terjemahan)
Setiap hari rasanya tidak karuan.
Minum kopi manis, tapi rasanya pahit sekali.
Makan mangut lele, kok rasanya seperti tempe.
Apa begini rasanya orang yang sedang tidak punya apa-apa?
Cintaku, tolonglah, jangan marah-marah lagi.
Semua bisa dibicarakan tanpa harus dengan wajah cemberut.
Sayang sekali wajahmu yang begitu manis, jangan sampai berubah karena amarahmu.
Dengarkanlah nyanyianku ini, manisku.
Duh, sayang… maafkan aku sungguh-sungguh,
Kalau aku belum bisa menuruti semua keinginanmu.
Tapi jangan khawatir, akan ada hari lain nanti,
Aku akan berusaha, entah bagaimana caranya.
Cintaku tak akan luntur, sayangku takkan goyah,
Walau keadaan kita sedang sulit dan berantakan.
Aku akan tetap setia, tak mungkin mendua.
Terima kasih, sudah mau menemaniku setiap hari.
Lirik ini menggambarkan seorang pria sederhana yang sedang menjalani hari-hari sulit, tapi masih punya satu hal yang membuatnya bertahan: cinta. Ia merasakan getir kehidupan, tapi juga tahu bahwa cintanya adalah satu-satunya hal yang membuat semua terasa berarti. Meski belum bisa memberikan banyak, ia berjanji akan terus berusaha dan tetap setia pada kekasihnya.
Kesan dari lagu ini: jujur, tulus, dan apa adanya — seperti cinta orang desa yang sederhana tapi intens.
0 komentar:
Post a Comment