Malam itu sunyi, hanya suara jarum jam yang terus berdetak, seakan mengingatkan betapa lambatnya waktu berjalan ketika kenangan masih menahan seseorang di masa lalu. Ia duduk di tepi ranjang, lampu kamar redup, dan bayangan tubuhnya memanjang di dinding. Di tangannya, selembar foto lama nyaris usang, sudutnya melengkung, warnanya mulai pudar. Di foto itu ada dua orang yang pernah percaya bahwa cinta bisa bertahan selamanya.
Namun kini, yang tersisa hanyalah jeda—antara yang “pernah” dan yang “tidak lagi.” Ia teringat bagaimana semuanya dulu terasa hangat: tawa di kafe kecil, langkah kaki di trotoar malam, percakapan sederhana yang dulu seolah berarti dunia. Tapi kini, setiap kenangan itu terasa seperti serpihan kaca—indah tapi menyakitkan bila disentuh.
Ia tahu, mungkin kisah itu tak pernah benar-benar dimulai dengan utuh.
Semuanya seperti lagu yang berhenti di tengah nada, menggantung tanpa penutup.
Namun, di dalam hati, ada keinginan ganjil yang belum padam:
Jika segalanya harus berakhir, biarlah ia setidaknya menjadi kenangan—satu potongan kecil dalam hidup seseorang yang dulu pernah ia cintai.
Angin malam menyelinap lewat jendela, menggoyang tirai perlahan.
Ia menarik napas panjang, mencoba membiarkan semua rasa mengendap.
Jantungnya berdetak cepat, bukan karena cinta yang hidup, tapi karena ingatan yang menolak mati.
Ada bagian dari dirinya yang masih ingin kembali—ke masa ketika segalanya terasa sederhana, bahkan jika di sana pun ia tahu, akhirnya tetap akan runtuh.
Ia menatap ke langit-langit, matanya lelah, pikirannya mengembara.
Rasa takut telah hilang, tapi begitu juga kehangatan.
Yang tertinggal hanyalah ruang kosong, tempat gema masa lalu bergema tanpa arah.
Malam semakin larut.
Ia memejamkan mata, membiarkan satu kalimat terakhir berputar di benaknya—seperti doa, atau mungkin penyesalan:
"Jika semua ini hanya kenangan… maka biarlah aku tetap menjadi bagian darinya."
Lagu ini ditulis oleh Timothy Alan Pagnotta.
Sugarcult - Memory (Lyrics)
This may never start
We could fall apart
And I'd be your memory
Lost your sense of fear
Feelings insincere
Can I be your memory?
So get back, back, back to where we lasted
Just like I imagine
I could never feel this way
So get back, back, back to the disaster
My heart's beating faster
Holding on to feel the same
This may never start
I'll tear us apart
Can I be your enemy?
Losing half a year
Waiting for you here
I'd be your anything
So get back, back, back to where we lasted
Just like I imagine
I could never feel this way
So get back, back, back to the disaster
My heart's beating faster
Holding on to feel the same
This may never start
Tearing out my heart
I'd be your memory
Lost your sense of fear
Feelings disappeared
Can I be your memory?
So get back, back, back to where we lasted
Just like I imagine
I could never feel this way
So get back, back, back to the disaster
My heart's beating faster
Holding on to feel the same
This may never start
We could fall apart
And I'd be your memory
Lost your sense of fear
Feelings insincere
Can I be your memory?
Sugarcult - Memory
Mungkin ini tak pernah benar-benar dimulai.
Atau mungkin kita sudah retak sebelum sempat menyadarinya.
Kau dan aku—dua jiwa yang saling menempel, tapi perlahan kehilangan pegangan.
Jika semua ini runtuh, biarlah aku menjadi kenanganmu; sisa kecil yang tersisa di sela ingatanmu yang kusut.
Aku sudah kehilangan rasa takut,
dan entah sejak kapan perasaanku pun mulai terasa palsu.
Namun di antara kepalsuan itu, masih ada satu tanya kecil yang tak mau mati:
bolehkah aku tetap menjadi memorimu?
Aku ingin kembali ke tempat kita terakhir kali tertawa,
di mana semuanya masih terasa seperti mimpi yang sederhana.
Aku tahu, mungkin aku tak akan pernah merasakan hal itu lagi,
tapi aku tetap ingin kembali—meski hanya untuk menyentuh bencana yang sama.
Jantungku berdetak lebih cepat setiap kali aku mencoba mengingatnya.
Aku menahannya, mencoba merasakan hal yang sama seperti dulu,
walau aku tahu waktu sudah mengubah segalanya.
Setengah tahun berlalu dalam penantian yang hambar.
Aku tetap di sini, menggenggam sisa-sisa sesuatu yang sudah lama pergi.
Aku bisa jadi apa pun untukmu, tapi kau bahkan tak lagi menoleh.
Kini semuanya terasa hampa.
Ketakutan menguap, perasaan pun perlahan lenyap.
Yang tersisa hanya gema—suara kecil dalam dada yang berbisik:
maukah kau, setidaknya sekali saja,
mengingatku?
0 komentar:
Post a Comment